KAIRO, BEDUG. Pada hari Rabu, 16 Maret 2022, Nahdiyin Betawi mengadakan khataman kitab bersama Syekh Fathi Hijazi. Khataman tersebut membahas tentang keutamaan nisfu Syakban dalam kitab al-Kasyfu wa al-Bayan karya Syekh Salim al-Sanhuri. Acara yang digelar di Aula KAHHA PCINU Mesir tersebut berlangsung sangat meriah dan unik.
Tidak seperti acara khataman kitab yang diselenggarakan PCINU Mesir biasanya, acara ini bisa disebut unik karena diadakan oleh komunitas NU kultural PCINU Mesir, yaitu Nahdiyin Betawi. Dari namanya, sudah tergambar bahwa kegiatan ini khusus untuk orang-orang Betawi. Nuansa suku yang berdomisili Jakarta dan sekitarnya ini semakin terasa ketika MC membuka acara menggunakan bahasa Betawi dengan disertai lelucon dan beberapa bait pantun yang menjadi ciri khasnya.
Seperti kegiatan pada umumnya, agenda pertama yakni pembukaan dan disusul lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an. Kemudian pembacaan shalawat sembari menunggu kedatangan Syekh Fathi Hijazi. Setelah Syekh memaparkan materi tentang bulan Syakban, amaliah-amaliah, dan keutamaannya, dilanjut dengan sambutan-sambutan yang disampaikan oleh Agus Rikza Aufarul Umam selaku Ketua Tanfidziyah PCINU Mesir dan Ikrom Mausuli selaku Ketua acara.
Selain untuk memperingati pertengahan bulan Syakban, diadakannya agenda-agenda Nahdiyin Betawi juga bertujuan mengenalkan NU kepada warga Betawi serta meningkatkan rasa solidaritas di antara mereka. “Saya berharap kegiatan ini bukan kali pertama dan terakhir, tetapi justru merupakan langkah awal yang dapat membuka kegiatan-kegiatan yang lain bagi warga Betawi”, ucap Ketua acara dalam sambutannya. Tidak hanya itu, bahkan Ikrom sedikit menyinggung agenda kegiatan mereka kedepannya, yaitu mengadakan kajian kitab-kitab karya para Ulama Betawi.
Dibentuknya Nahdiyin Betawi bukan serta merta ingin menyaingi PCINU Mesir sebagai wadah induk bagi warga NU yang ada di Mesir, melainkan ingin ikut serta menjaga eksistensi NU dan mengenalkan NU kepada warga Betawi. Sebab, banyak dari warga Betawi yang ada di Mesir berlatarbelakang NU, akan tetapi enggan untuk hadir dalam kegiatan PCINU Mesir karena belum banyak dari mereka yang ikut di dalamnya. Sebagaimana yang diungkapkan Iqbal, salah satu warga Nahdiyin Betawi yang sekarang menjabat sebagai LMI PCINU Mesir, “Wah, tahun 2019 lalu, sewaktu saya ikut OPABA, kerasa nggak punya temen di NU. Makanya setelah OPABA nggak aktif di kepengurusan (marhalah) NU”.
Menariknya, komunitas yang bisa dibilang masih berusia jagung ini ternyata mampu menarik kader Nahdiyin dengan jumlah yang tidak sedikit, yaitu kurang lebih 150 orang. Jumlah ini dikata banyak, karena sebelum adanya agenda Nahdiyin Betawi ini, jumlah warga Betawi yang turut aktif di PCINU Mesir hanya hitungan jari. “Saya sangat senang karena NU tidak hanya didominasi pada masyarakat tertentu saja, tetapi sudah mulai berkembang ke berbagai macam kultur”, ucapan rasa syukur Agus Rikza Aufarul Umam dalam sambutannya. Untuk lebih menghidupkan suasana dan mengakrabi rakyat Betawi, Agus Rikza turut berpantun, “Malem Minggu ke Tanjung Priuk, ngopi bareng sama Hary Tanoe, kalau abang-mpok lagi suntuk, mari kite sholawatan di sekre NU”.
Akan tetapi ada satu hal yang disayangkan dalam kegiatan ini, yaitu adanya penundaan waktu acara yang seharusnya dimulai tepat pukul 17.00 WLK, mundur menjadi kurang lebih pukul 18.30 WLK karena Aula KAHHA PCINU Mesir masih digunakan untuk kegiatan yang lain. Meski demikian, acara ini bisa dibilang sukes danberjalan meriah. Acara diakhiri dengan doa, ramah tamah, dan ditutup dengan sesi foto bersama. (Izuki)