Numesir
  • Profil
  • Warta
  • Opini
  • Kolom
  • Internasional
  • Ubuddiyah
  • Sejarah
    • Laporan Kajian
    • Tokoh
    • Terjemah
    • Resensi
No Result
View All Result
NU Mesir
  • Profil
  • Warta
  • Opini
  • Kolom
  • Internasional
  • Ubuddiyah
  • Sejarah
    • Laporan Kajian
    • Tokoh
    • Terjemah
    • Resensi
No Result
View All Result
NU Mesir
No Result
View All Result
Home Opini

Merajut Persatuan Indonesia

Oleh Ahmad Hilmi Zidane

numesir by numesir
27 September 2021
in Opini
0
0
SHARES
25
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mahathma Gandhi seorang pejuang asal India, dikenal luas berkat satyagraha[1] serta ajarannya yang sangat menentang ahimsa (kekerasan). Ia lebih memilih jalan yang damai dan jauh dari nuansa kekerasan dalam memperjuangkan kemerdekaan India dari tangan kolonial Inggris. Setelah India merdeka, ia kembali menyuarakan gagasannya; menuntut persamaan hak antara rakyat Hindu dan Muslim, menciptakan masyarakat tanpa kasta.[2]

Kesadaran Gandhi terhadap pluralitas bangsanya membuat ia terbuka terhadap perbedaan. Apresiasinya terhadap kemaslahatan bersama membuat pemikirannya dapat menaungi dan diterima semua kalangan di India. Menurut Abdurrahman Wahid, penolakan Gandhi terhadap kekerasan melahirkan perikemanusiaan yang mendalam pada dirinya.[3] Namun, berbagai upaya Gandhi sering kali disalahpahami oleh kalangan fundamentalis. Ia mati terbunuh di tangan para ekstremis.

Membangun Toleransi di Indonesia

Nilai-nilai agama Islam dalam toleransi turut serta dalam membangun persatuan Indonesia. Persatuan menjadi bagian yang amat penting bagi entitas suatu bangsa guna mencapai kemakmuran dan perdamaian sosial. Namun, berbagai fenomena silih berganti menguji eratnya tali persatuan serta menghambat kemajuan. Maka di sinilah sebenarnya urgensi dari toleransi; memahami bahwa kita bisa berbeda.

Pada praktiknya, Abdurrahman Wahid memprakarsai lahirnya forum dialog lintas agama sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik dan intoleransi agama. Dialog yang mengedepankan sisi humanis ini dapat menjadikan masing-masing pemeluk agama mempunyai satu tujuan yang sama, yaitu kemanusiaan. Jika dialog sifatnya hanya fokus pada ranah teologis, maka yang terjadi masing-masing pemeluk akan terikat pada tendensiusnya masing-masing yang berakibat pada sikap merasa paling benar sendiri.[4]

Selain mempererat hubungan antarumat beragama, usaha-usaha untuk mempersatukan umat Islam sendiri—menurut penulis—harus lebih dulu diupayakan, mengingat bangsa Indonesia terdiri lebih dari delapan puluh persen orang Islam. Sehingga, diharapkan nantinya kita tidak lagi terjebak dalam perdebatan yang tidak produktif dan terus berbuntut panjang. Al-Quran surat al-Anfal ayat-46 berbunyi: “Taatilah Allah dengan menepati segala perintah dan larangan-Nya. Tinggalkanlah perselisihan dan pertikaian yang membuat kalian tercerai berai dan lemah.”

Teologi Moderat

Mengenai hal ini, teologi Asyarian muncul dengan gagasan moderat. Mereka tidak mengkafirkan siapa pun dari ahli kiblat. Padangan semacam ini tentunya sedikit meredakan ketegangan yang terjadi di antara aliran teologi Islam. Imam Al-Asy’ari bersikap tegas terkait status Muslim kalangan di luar mazhabnya. Hal ini menandakan bahwa teologi merupakan usaha memahami realitas tuhan yang bisa salah (ijtihadi). Oleh sebab itu, segala perdebatan harus keluar dengan kesimpulan benar-salah, bukan kafir atau tidak.[5]

Di sisi lain, Sifat sombong, menurut al-Ghazali, tak akan pernah berubah menjadi baik bahkan bila ditunjukkan kepada orang kafir sekalipun. Al-Ghazali melihat diirinya lebih rendah dari orang kafir dan fasik, padahal ia seorang ulama besar Islam. Baginya, sifat rendah hati ini akan tertanam dalam diri seseorang bila ia terus  merenung akan nasibnya di penghujung usia. Bisa saja orang yang sebelumnya kafir, mati dalam keadaan beriman dan sebaliknya.[6]

Cara pandang yang moderat di atas harus disadari lebih dulu sebelum nantinya masuk dalam solusi-solusi praktis dalam membingkai toleransi, baik antarumat beragama maupun sesama Islam. Perlu juga kiranya kita mempopulerkan jargon KH. Afiduddin Muhajir[7] yang berbunyi al-Islâm bayn al-hamâsah wa al-samâhah. Islam berada di antara semangat yang menyala dan toleransi yang nyata.

Jika ada umat Islam yang ‘semangat’ dalam mengamalkan, menghayati, mendakwahkan ajaran Islam dan melaksanakan amar makruf nahi munkar, hal itu tidak salah dan bukan sebuah tindakan radikalisme atau anti-Pancasila. Islam mengajarkan agar menghargai perbedaan dan bertoleransi kepada pemeluk agama lain.

______________________

[1]. Satyagraha adalah sebutan untuk gerakan perlawanan rakyat sipil untuk memprotes monopoli garam yang diberlakukan oleh pemerintahan Inggris di India. https://id.wikipedia.org/wiki/Satyagraha.

[2]. Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda dan Islam Kita. Judul: Gandhi, Islam dan Kekerasan. Hal 346.

[3]. Ibid.

[4]. Muhamad Aqil, Nilai-nilai Humanisme Dalam Dialog Antar Agama Perspektif Gus dur. Hal 55.

[5]. Mohammad Yunus Masrukhin, Menjadi Muslim Moderat. Hal 83.

[6]. Abu Hamid Al-Ghozali, Ihya’ Ulumuddin. Juz 6. Hal 558.

[7]. Disampaikan dalam acara haul Gus Dur di Tebuireng.

Editor: Hamidatul Hasanah
Ilustrator: Khairuman

ShareTweetSend
numesir

numesir

Akun tim redaksi numesir.net 2021-2022. Dikelola oleh Divisi Website Lembaga Media & Informasi (LMI) PCINU Mesir.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Dualisme Hari Raya, Polemik Tahunan Tak Kunjung Padam

Dualisme Hari Raya, Polemik Tahunan Tak Kunjung Padam

29 April 2022
Kolaborasi PCINU Mesir dan El-Montada dalam Menyemarakkan Harlah Al-Azhar

Kolaborasi PCINU Mesir dan El-Montada dalam Menyemarakkan Harlah Al-Azhar

1 May 2022
Kidung Kehidupan Ummu Kultsum

Kidung Kehidupan Ummu Kultsum

2 March 2020
Haiah Kibar Ulama al-Azhar (Fase 1911-1961)

Haiah Kibar Ulama al-Azhar (Fase 1911-1961)

29 April 2021
Tiga Tokoh yang Membincang Kemukjizatan al-Quran

Tiga Tokoh yang Membincang Kemukjizatan al-Quran

26 February 2020
Kolaborasi PCINU Mesir dan El-Montada dalam Menyemarakkan Harlah Al-Azhar

Kolaborasi PCINU Mesir dan El-Montada dalam Menyemarakkan Harlah Al-Azhar

1 May 2022
Dualisme Hari Raya, Polemik Tahunan Tak Kunjung Padam

Dualisme Hari Raya, Polemik Tahunan Tak Kunjung Padam

29 April 2022
Adakan Lomba Badawiyah; Ajang Memperkenalkan Pelajar NU Mesir

Adakan Lomba Badawiyah; Ajang Memperkenalkan Pelajar NU Mesir

28 March 2022
Open Recruitment Fatayat Study Club 2022; Hidupkan Kajian Masisirwati

Open Recruitment Fatayat Study Club 2022; Hidupkan Kajian Masisirwati

26 March 2022
Menjaga Eksistensi NU Melalui Nahdiyin Betawi

Menjaga Eksistensi NU Melalui Nahdiyin Betawi

23 March 2022

Numesri.net putih

Tentang Kami | Kontak | Redaksi | Kirim Tulisan

Ikuti juga sosial media kami

  • Profil
  • Warta
  • Opini
  • Kolom
  • Internasional
  • Sejarah
  • Laporan Kajian
  • Tokoh
  • Ubuddiyah
  • Terjemah