Kamis, 13 Juni, PCINU Mesir mengadakan Lailatul Ijtima & Silaturahmi Kebangsaan. Acara yang digelar di Sekretariat PCINU Mesir, Darrasah itu dihadiri oleh K. H. Muhammad Cholil Nafis, Lc., S.Ag., MA., Ph.D., Rais Syuriah PBNU & Ketua MUI Pusat yang sedang melakukan kunjungan selama beberapa hari di Mesir.
Jalannya acara dimulai dengan pembukaan yang disambung dengan pembacaan Ratib al-Atthas. Beberapa saat kemudian, acara berlanjut menuju sambutan-sambutan. Sebagai tuan rumah, K. H. Faiz Husaini, Lc., MA., dipersilakan untuk memberikan sambutan terlebih dahulu.
Dalam sambutannya, Ketua Tanfidziyah PCINU Mesir itu mengatakan bahwa Lailatul Ijtima dan Silaturahmi Kebangsaan ini sekaligus menjadi penanda dimulainya kegiatan-kegiatan PCINU Mesir setelah terhenti selama hampir dua bulan dalam rangka melaksanakan ujian termin II Universitas al-Azhar.
Tak ketinggalan, Prof. Abdul Mutaal, MA., MIP., Ph.D., Atase Pendidikan dan Kebusukannya KBRI Kairo juga berkesempatan untuk memberikan sambutan. Ia menyampaikan bahwa kedatangan Kiai Cholil merupakan sebuah momentum bagi kita, untuk menashihkan pemahaman keagamaan, pola pergerakan sekaligus cara kerja keorganisasian kita, selalu Nahdliyin Mesir.
Berlanjut ke acara inti, yakni sarasehan yang diisi oleh K. H. Muhammad Cholil Nafis. Banyak sekali poin yang disampaikan oleh Pengasuh Ponpes Cendekia Amanah, Depok, Jawa Barat itu, terutama dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, utamanya yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang sedang berkembang di Indonesia.
Alumnus Ponpes Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur itu juga memberikan tanggapannya terkait fenomena Mama Ghufron yang belakangan ramai diperbincangkan oleh khalayak umum. Ia mengatakan bahwa fenomena itu sebetulnya dapat kita baca dengan mudah melalui pendekatan kausalitas. Yakni, bahwa tidak ada suatu akibat melainkan ada sebab yang melatarbelakangi.
Kiai yang sering tampil di kanal TVOne itu juga menyampaikan bahwa dewasa ini, banyak sekali dimunculkan tokoh-tokoh kecil, tokoh-tokoh bayangan dan tokoh-tokoh figuran untuk menggerus secara perlahan kepercayaan masyarakat terhadap kebesaran suatu tokoh. Hal itu, lanjut Kiai Cholil, tidak lain dilakukan untuk memecah belah persatuan umat. “Kalau kita tidak punya panutan, kita akan gampang diadu, berangkat dari kaidah hukmu al-imam yarfa’ al-khilaf (kebijakan imam dapat memutus perdebatan di tengah masyarakat, pen,” jelas Kiai Cholil.
Di akhir, Kiai kelahiran Sampang, Madura tersebut juga menyampaikan sebuah nasihat sewaktu melakukan kunjungan menemui Imam Akbar al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad al-Thayyib bahwa ilmu yang diamalkan akan membuahkan sebuah kebijaksanaan. Selain itu, Kiai Cholil juga berpesan agar Mahasiswa Indonesia di Mesir mempunyai tekad yang kuat, utamanya ketika sudah pulang ke Indonesia. “Yang perlu ditanamkan adalah tekad. Yang kuliah di luar negeri biasanya paling takut kalau masuk ke dalam negeri,” tutur Kiai Cholil disambut gelak tawa hadirin. Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh K. H. Mukhlashon Jalaluddin, Lc., MM., Rais Syuriah PCINU Mesir. (Muhammad Jihan Muqodas)