Kairo – Selasa malam, 23 September 2025, menjadi momen istimewa bagi Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir. Dalam rangkaian lawatan resminya ke Mesir, Ketua PBNU, KH. Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil), hadir di tengah-tengah Nahdliyyin Mesir bersama rombongan civitas akademika Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. Kehadiran Gus Ulil kali ini dikemas dalam agenda sarasehan PCINU Mesir bertema “Pendidikan Islam Hari Ini: Dari Tradisi, AI hingga Potensi Global.”
Selain Gus Ulil, sarasehan juga menghadirkan Rektor UNU Yogyakarta, Widya Priyahita Pudjibudojo atau yang akrab disapa Mas Widya, serta Maria Ulfa Fauzi, Direktur Pusat Edukasi Keuangan Syariah dan Gaya Hidup Halal UNU Yogyakarta sekaligus alumni Universitas Al-Azhar.
Sebagai pembuka, Maria Ulfa Fauzi berbagi pengalaman akademiknya di Al-Azhar. Menurutnya, Al-Azhar tidak hanya membangun malakah keilmuan semata, tetapi juga membentuk metode berpikir yang moderat dan relevan dengan perkembangan zaman.
Pada sesi berikutnya, Mas Widya menekankan pentingnya keterbukaan mahasiswa, khususnya yang menekuni ilmu agama, terhadap perkembangan zaman, terutama di bidang informasi dan teknologi. Ia menilai, perpaduan proporsional antara ilmu agama dan teknologi informasi mampu menjawab berbagai tantangan umat di masa kini maupun mendatang. Mas Widya berpesan agar mahasiswa dapat menjadi pribadi seperti huruf T: tajam dan mendalam dalam bidang keilmuan tertentu, sekaligus memiliki wawasan dan jejaring yang luas.
Memasuki inti acara, Gus Ulil membuka ulasannya dengan menyampaikan perkembangan terkini PBNU di bawah kepemimpinan KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Menurutnya, Gus Yahya memainkan peran penting dalam mengorkestrasi kekuatan NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di dunia, salah satunya melalui instrumen digitalisasi.
Ia mencontohkan Digdaya Persuratan, sebuah sistem korespondensi digital yang mampu mencegah terjadinya salah korespondensi (malkorespondensi) yang kerap dipolitisasi pihak tidak bertanggung jawab. Dengan sistem ini, seluruh pengurus di berbagai tingkatan dapat mengakses dan mengawasi proses korespondensi secara transparan.
Lebih lanjut, Gus Ulil menegaskan bahwa PBNU saat ini berfokus pada sinkronisasi turats islamiy dengan realitas kehidupan modern, sehingga ajaran agama beserta pola pemahamannya dapat diterapkan dalam konteks berbangsa dan bernegara. Salah satu upaya strategis adalah melalui Proyek Fikih Peradaban yang digagas sejak awal kepemimpinan Gus Yahya. Proyek ini melibatkan kajian turats, perkembangan teknologi, dinamika sosial-ekonomi, serta diskusi intensif di ratusan pesantren dan perguruan tinggi NU, guna menemukan titik relevansi antara tradisi Islam dan tantangan kontemporer.
Reporter: MH. Syauqi Adnan