Perjalanan ziarah ke Makam Imam Abul Hasan Asy-Syadzili selalu menjadi momen berharga bagi para Nahdliyin di Mesir. Sebanyak 150 peserta turut serta dalam Holy Tour Humaitsara IX, yang diselenggarakan pada 23-25 September. Bukan sekadar wisata religi, acara ini juga dihadiri oleh sejumlah ulama terkemuka, termasuk KH. Ahmad Mustofa Bisri, KH. Abdullah Ubab Maimun, KH. Haris Shodaqoh, dan KH. Fadlolan Musyaffa, beserta rombongan tamu lainnya. Lembah Humaitsara, tempat peristirahatan terakhir Imam Syadzili, terletak di perbatasan Mesir, Sudan, dan Saudi, dapat ditempuh dalam perjalanan panjang yang memakan waktu sekitar 10 jam dari Kairo.
Sebanyak empat bus yang penuh semangat bertolak dari Darrasah pada pukul 18.00 WLK, dengan para peserta membaca kasidah-kasidah Syadziliyah sepanjang perjalanan. Meski satu bus harus berpisah di Rest Area Zafaran untuk menjemput rombongan masyayikh di Bandara Hurgada, hal ini tidak mengurangi semangat para peziarah. Pagi harinya, rombongan PCINU Mesir tiba di Humaitsara. Para peserta segera bersiap untuk melakukan ziarah setelah menikmati sarapan, sambil menanti kedatangan rombongan ulama yang sudah lama dinantikan.
Begitu rombongan masyayikh tiba, suasana menjadi penuh khidmat. Dengan bimbingan ulama, para peziarah bergerak menuju makam Imam Syadzili. Di tengah keheningan Lembah Humaitsara, yang jauh dari hiruk-pikuk dunia karena hilangnya sinyal telepon, suasana batin menjadi damai. Bacaan Hizib Nashr karya Imam Syadzili menggema dari mulut para peziarah yang penuh kekhusyukan. Mbah Yai Ubab dan Mbah Yai Haris Shodaqoh memimpin doa, sementara Gus Mus membimbing tawasul, dan Yai Hadhar memimpin tahlil dengan penuh haru.
Setelah salat Zuhur berjamaah, beberapa peserta yang penuh rasa penasaran mendaki Bukit Humaitsara. Dari atas bukit, pemandangan lembah terlihat indah, dengan Makam dan Masjid Imam Syadzili berlatar hamparan bukit yang menakjubkan. Pemandangan ini seolah memperkuat kesan mendalam di hati para peserta. Bahkan Mbah Yai Ubab, dengan penuh antusias, ikut mendaki bukit untuk menyaksikan keindahan ini secara langsung.
Saat matahari mulai terbenam, para peserta melakukan ziarah kedua untuk berpamitan sebelum kembali ke Kairo. Sepanjang perjalanan pulang, senandung Kasidah Burdah Imam Bushiri kembali mengiringi langkah mereka. Kuis berhadiah yang diadakan di dalam bus turut menambah keceriaan, menguji pengetahuan para peserta mengenai biografi Imam Syadzili. Sebelum meninggalkan Lembah Humaitsara, rombongan sempat berfoto bersama di depan plang yang bertuliskan “Desa Imam Syadzili; Desa Cinta.” Cinta yang mereka rajut sepanjang ziarah seolah terisi sempurna di telaga batin mereka sepulang dari sana, meninggalkan kenangan spiritual yang mendalam.
Reporter: Malik