Kairo, 15 Agustus 2025 – Jumat Malam di Aula KAHHA terasa berbeda. Rapat gabungan Syuriah, Tanfidziyah, dan Panitia Konfercab Istimewa XIII PCINU Mesir yang digelar sejak pukul 20.00 WLK berlangsung intens hingga pukul dua dini hari. Suasana penuh kehangatan itu tercurah dalam pembahasan paling krusial: penentuan kriteria calon Ahwa dan Ketua Tanfidziyah.
Diskusi yang dipandu oleh M.H. Syauqi Adnan, Sekretaris PCINU Mesir, memantik semangat peserta. Beberapa dokumen penting organisasi seperti AD/ART NU dan Perkum PBNU menjadi rujukan utama. Namun, para kiai dan pengurus sepakat perlunya penyesuaian kondisi khas Mesir agar kriteria yang ditetapkan tetap relevan, terbuka, dan mampu melahirkan pemimpin berintegritas.
“Beberapa aturan sudah kita terapkan di Mesir. Tetapi melihat status keistimewaan kita, perlu ada formulasi kriteria khusus yang memberi ruang gerak lebih luas bagi kader,” jelas Syauqi.
*Dinamika Pandangan Para Kiai*
Rais Syuriah PCINU Mesir, KH. Mukhlashon Jalaluddin, menekankan pentingnya mengambil garis besar aturan PBNU sambil tetap membuka ruang inovatif bagi lembaga dan banom. “Jangan sampai aturan justru membatasi, tapi harus memberi energi bagi kader di Mesir,” tegas beliau.
Sementara itu, Wakil Rais Syuriah, Kiai Ali Irham, mengingatkan agar kriteria tidak dibuat terlalu sempit. “Kader kita banyak, potensi besar. Jangan sampai ada yang terkunci hanya karena batasan tertentu. Integritas harus jadi ruh utama,” sarannya.
Ketua Tanfidziyah saat ini, KH. Faiz Husaini, memberi catatan penting: calon Tanfidziyah ideal bukan hanya organisatoris, tapi juga diplomat ulung. “Haibah PCINU Mesir sangat ditentukan kemampuan komunikasi dan hubungan baik dengan lembaga strategis di Mesir,” ujarnya.
Beberapa poin baru juga muncul pada tahun ini. Misalnya, syarat pengalaman calon Ketua Tanfidziyah yang semula minimal tiga periode kepengurusan kini dipangkas menjadi dua periode. Selain itu, calon diutamakan sudah mengikuti PD-PKPNU.
Pembahasan ini sangat krusial karena menjadi landasan untuk memunculkan syuriah dan tanfidziyah yang bakal memimpin PCINU Mesir kedepan. Beberapa kriteria Ahwa dan Ketua Tanfidziah yang disepakati bersama:
Kriteria Umum AHWA
Seseorang yang berakidah ahlusunnah wal jamaah an-Nahdliyah, bersikap adil, alim, memiliki integritas moral, tawadhu’ (rendah hati), berpengaruh, dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin yang munadzim dan muharrik, serta wara’ dan zuhud.
Kriteria Khusus AHWA:
1. Memiliki kiprah dalam lingkungan PCINU Mesir;
2. Berpengaruh di lingkungan Masisir;
3. Minimal domisili di Mesir 7 tahun;
4. Tidak terlibat dalam politik praktis;
5. Tidak terlibat organisasi atau aktivitas terlarang dimanapun.
Kriteria Umum Calon Ketua Tanfidziyah:
1. Berakidah ahlusunah waljamaah an-nahdliyah, bersikap adil, alim, memiliki integritas moral dan tawadhu;
2. Pernah menjadi pengurus Nahdlatul Ulama, anggota aktif di badan otonom/lembaga di lingkungan Nahdlatul Ulama, memiliki latar belakang pendidikan pesantren/sekolah yang terafiliasi dengan Nahdlatul Ulama, atau memiliki keluarga yang pernah/sedang menjadi pengurus Nahdlatul Ulama;
3. Tidak sedang menduduki jabatan politik sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Pasal 51 ayat (5) dalam waktu 1 (satu) tahun terakhir;
4. Tidak pernah dikenakan sanksi perkumpulan berupa pembekuan atas kepengurusan yang dipimpinnya atau menyebabkan kekosongan kepengurusan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perkumpulan Nahdlatul Ulama tentang Pengesahan dan Pembekuan Kepengurusan;
5. Mendapat persetujuan dari Rais terpilih;
Kriteria Khusus Calon Ketua Tanfidziyah:
1. Memiliki rekam jejak minimal 2 (dua) masa kepengurusan di lingkungan PCINU Mesir dan telah berada di Mesir minimal 5 (lima) tahun;
2. Minimal sedang menempuh studi S2;
3. Tidak menjadi top leader di organisasi lain;
4. Tidak terlibat organisasi atau aktivitas terlarang dimana pun;
5. Diutamakan telah lulus pengkaderan NU minimal PD-PKP NU atau yang setara.
*Paparan Panitia: Dari Sosialisasi Hingga Hari Puncak*
Dalam kesempatan itu, Al-Fayyad Maulana selaku Ketua SC memaparkan sejumlah kegiatan yang sudah dan akan dilaksanakan: mulai dari sosialisasi dan serap aspirasi ke seluruh elemen Nahdliyyin, koin konfercab sebagai wujud kemandirian, sarasehan bersama tokoh, hingga turnamen antar-almamater.
Ia juga mengumumkan jadwal kegiatan inti:
17 Agustus: Istighosah & Dzikir Kebangsaan di Qoah As-Salam
19 Agustus: Sidang Komisi (Organisasi, Rekomendasi & Proker, Bahtsul Masail)
21 Agustus: Rapat Ahwa
23 Agustus: Puncak Konfercab di Markaz Syekh Zayed (LPJ, sidang pleno, penetapan Rais Syuriah & pemilihan Ketua Tanfidziyah, serta PCINU Mesir Awards).
Sementara itu, Shofwa Yahya selaku Ketua OC bersama timnya merinci teknis pelaksanaan agar seluruh rangkaian berjalan lancar.
*Partisipasi Luas Nahdliyyin*
Rapat malam itu juga menggodok pembagian Daftar Pemilih Tetap (DPT). Sekitar 176 peserta dipastikan terlibat, terdiri dari unsur Syuriah, A’wan, Mustasyar, Lembaga, Banom, Marhalah, Almamater, hingga NU Kedaerahan. Seluruh elemen memiliki hak mengusung calon sekaligus menyampaikan gagasan strategis untuk arah PCINU Mesir ke depan.
Rapat ditutup dengan doa oleh KH. Mukhlashon Jalaluddin. Kehadiran para tokoh Syuriah dan Tanfidziyah, mulai dari KH. Ali Irham, KH. Syamsu Alam Darwisy, KH. Agus Hidayatullah, Kiai Zhiaul Haqq, Agus Rikza Aufarul Umam, hingga KH. Faiz Husaini, membuat forum semakin lengkap.
Dengan dinamika yang menghangat, Konfercab Istimewa XIII PCINU Mesir kian menunjukkan bahwa demokrasi Nahdliyyin di negeri para nabi bukan sekadar formalitas. Ia adalah ikhtiar kolektif untuk melahirkan kepemimpinan yang kuat, berwawasan, dan mampu menjaga marwah NU di Mesir dan dunia internasional.
Reporter: Afifullah Asy’ari