Terdapat sebuah kalimat bijak yang menyatakan bahwa, “kesuksesan sebuah organisasi tidak akan pernah terjadi tanpa kepemimpinan yang baik”. Peribahasa ini mengisyaratkan sebuah hal, bahwa pemimpin sangat mempunyai andil besar dan peran yang krusial dalam menentukan jalannya roda danorganisasi, termasuk nasib para anggota yang berada di dalamnya. Apabila kepemimpinan dalam suatu organisasi baik, maka baiklah organisasi tersebut, begitu pun sebaliknya.
Gerakan Pemuda (GP) Ansor sebagai sebuah organisasi yang masih eksis dan berperan aktif di tengah-tengah masyarakathingga saat ini, telah menjadi bukti kesahihan kalimat bijak di atas. Sejak kelahirannya pada 24 April 1934 hingga saat ini, GP Ansor senantiasa dan tidak henti-hentinya berperan aktif dan memberikan sumbangsih besar kepada masyarakat Indonesia,terkhusus dalam bidang kepemudaan. Kesuksesan GP Ansor sebagai gerakan kepemudaan yang berada dalam naungan Nahdlatul Ulama (NU) ini, selain mengisyaratkan bahwa terdapat kepemimpinan yang begitu baik di dalamnya, juga mengisyaratkan terdapat akar dan legasi yang sangat kokoh yangtelah dibangun oleh para pendahulu, adalah KH. M. Thohir Bakri yang merupakan salah seorang yang berjasa besar dalam membangun pondasi kokoh tersebut.
KH. M. Thohir Bakri yang merupakan ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor pertama, lahir di Surabaya pada tahun 1907. Ia dilahirkan di lingkungan dan keluarga yang taat beragama dan menghargai ilmu pengetahuan, masa kecilnya ia habiskan dengan menimba ilmu kepada ayahnya sendiri, KH. Bakri, setelah itu ia melanjutkan pengembaraannya mencari ilmu di beberapa pesantren di Jawa, khususnya Pesantren Peterongan dan Tebuireng yang keduanya berada di Jombang. Berkat kecerdasan dan ketekunan yang dimilikinya, ia beberapa kali dipercaya menjadi badal (pengganti) saat sang kiai berhalangan. Setelah menghabiskan beberapa tahun menuntut ilmu, ia berkesempatan megabdikan diri sebagai salah satu tenaga pengajar di Pesantren tetangga, yaitu Pesantren Tambakberasasuhan KH. Wahab Hasbullah. Dari sinilah kedekatannya dengan KH. Wahab Hasbullah bermula.
Kedekatan antara KH. M. Thohir Bakri dengan KH. Wahab Hasbullah terus berlanjut hingga saat berdirinya forum diskusi Taswirul Afkar. Dalam forum diskusi ini, KH. M. Thohir Bakri tercatat sangat aktif mengemukakan pendapat dan menelurkan ide-ide cemerlang sebagai solusi atas beragam permasalahanbaik dalam bidang sosial, pendidikan maupun dakwah—yangmemang sejak awal menjadi fokus utama dalam forum diskusi tersebut. Kecerdasan KH. M. Thohir Bakri dalam melahirkan gagasan dan kepiawaiannya dalam memimpin beberapa forum diskusi, membuat KH. Wahab Hasbullah kagum hingga menjadikannya sebagai orang kepercayaan.
Kedekatan yang semakin tumbuh subur ini menemui puncaknya saat Muktamar IX Nahdlatul Ulama (NU) yang pada saat itu diselenggarakan di Banyuwangi. Dalam salah satu keputusan muktamar, NU mengesahkan GP Ansor—yang saat itu masih disebut sebagai Ansor Nahdlatul Oelama (ANO)—sebagai departemen kepemudaan NU. KH. Wahab Hasbullah yang notabene merupakan inisiator pembentukan Ansor, memberikan mandat kepada orang kepercayaannya, KH. M. Thohir Bakri sebagai ketua pertama organisasi kepemudaan NU tersebut. Dari sinilah kiprah ke-Ansor-annya bermula.
KH. M. Thohir Bakri dipercaya memegang mandat sebagai Ketua Umum GP Ansor—yang saat itu masih disebut PB ANO—selama 15 tahun (1934-1949). Dalam 15 tahun kiprahnya ber-Ansor, ia banyak sekali melakukan terobosan-terobosan. Contohnya saja pada saat setalah Konferensi I GP Ansor, saat itu sempat terjadi perselisihan antara KH. M. Thohir Bakri dan KH. Moh.Noer yang merupakan salah seorang pengurus PBNU. KH. Moh. Noer sempat meminta agar pengesahan GP Ansor ditinjau kembali, lantaran peserta konferensi pertama hanya terbatas unttuk anggota GP Ansor yang pada saat itu hanya ada di beberapa kota/kabupaten di Jawa Timur. Perselisihan ini pada akhirnya diselesaikan oleh para pengurus PBNU, dengan memberikan syarat berupa beberapa tugas kepada GP Ansor. GP Ansor akan segera disahkan apabila tugas-tugas tersebut terlaksana dengan baik.
Tugas pertama yang diberikan adalah mencari anggota sebanyak-banyaknya di daerah-daerah dan membentuk cabang GP Ansor di sana. Setelah cabang-cabang Ansor terbentuk, Ansor diminta segera melaksanakan Konbes (Konferensi Besar) untuk kemudian mengkaji ulang Anggaran Rumah Tangga GP Ansor yang sebelumnya sudah disusun. Tidak sampai setahun lamanya, KH. M. Thohir Bakri berhasil mengumpulkan anggota-anggota baru dan membentuk cabang di daerah-daerah. Selain di banyak kota di pulau Jawa, KH. M. Thohir Bakri berhasil membentuk cabang di beberapa kota di Kalimantan seperti Banjarmasin dan Martapura, juga beberapa kota di Sumatera Selatan. Tak lama setelah cabang-cabang baru terbentuk, KH. M. Thohir Bakri memutuskan untuk segera melaksanakan Konbes. Tidak hanya terlaksana begitu saja, Konbes kedua GP Ansor berlangsung sangat marak dan meriah.
Selain berhasil menyelamatkan Ansor dari ambang kematian, KH. M. Thohir Bakri juga mempunyai terobosan brilian lain, yaitu mengembangkan kualitas pendidikan para kader dan anggota Ansor. Sesuai amanat yang tercantum pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Ansor yang telah disepakati, bahwa salah satu tujuan Ansor adalah membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia sebagai kader bangsa yang cerdas dan tangguh, KH. M. Thohir Bakri memerintahkan seluruh ketua cabang agar mengadakan agenda pengembangan baca tulis para kader—yang memang saat itu angka buta huruf di Indonesia secara umum masih sangat tinggi. KH. M. Thohir Bakri mengisntruksikan kepada para ketua cabang untuk segera membuat semacam taman baca yang dapat dipergunakan oleh kader Ansor mengembangkan dan membentuk kemampuan baca dan tulis. Dari agenda brilian ini, Ansor berhasil mencetak kader-kader berkualitas yang di masa selanjutnya mereka mampu menyalurkan ilmunya, tidak hanya kepada kader Ansor yang lain, namun juga kepada masyarakat secara umum.
Peran pendidikan yang dilakukan oleh Ansor dengan menggelar taman-taman baca di banyak daerah mendapat respon positif,baik dari pihak NU sendiri ataupun masyarakat secara umum, hal ini juga semakin menguatkan legasi Ansor sebagai salah satu organisasi (banom) di dalam tubuh NU, yang sebelumnya sempat diragukan manfaat keberadaannya. Selain peran pendidikan ini, terdapat peran prestisius lain yang dilakukan oleh Ansor di masa kepemimpinan KH. M. Thohir Bakri, yaitu membentuk barisan semi militer.
KH. M. Thohir Bakri pada waktu itu tidak hanya menjabat sebagai ketua GP Ansor saja, ia juga menjabat sebagai wakil ketua laskar pejuang Hizbullah, kenyataan inilah yang kemudian membuat ia berinisiatif membentuk barisan semi militer agar kader-kader Ansor juga dapat mengambil peran mengangkat senjata melawan penjajah. Inisiatif ini pun tidak sia-sia, pada saat Jepang menduduki Indonesia dan masa-masa setelah kemerdekaan, banyak sekali kader-kader Ansor yang ikut serta berperan mengangkat senjat mengusir penjajah dari Indonesia.Langkah visioner yang dilakukan oleh KH. M. Thohir Bakri ini membuat namanya semakin naik daun hingga pada akhirnya ia dipilih menjadi anggota Konstituante RI mewakil Partai NU.
Inovasi dan beragam langkah serta keputusan-keputusan brilian dari KH. M Thohir Bakri banyak sekali mewarnai perjalanan awal masa terbentuknya GP Ansor. Ia banyak menginspirasi anak-anak muda dari berbagai kalangan supaya menghabiskan masa mudanya utnuk menuntut ilmu, mendedikasikan diri dan melayani masyarakat. Sebagai kader Ansor, kita patut bersyukur mempunyai tokoh panutan yag luar biasa, tidak hanya kepribadiannya, namun juga pemikirannya. Semoga dengan adanya tulisan ini, kita mendapat inspirasi dan keteladanan yang bisa kita implementasikan di kehidupan sehari-hari. Wasalam.
Sumber:
Wildan Ainur Aditiya, Sejarah Perjuangan KH. M. Thohir Bakri Dalam Politik Kebangsaan, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2022.
Andi Rahman Alamsyah., Bayu A. Yulianto., Ed. Gerakan Pemuda Ansor; Dari Era Kolonial hingga Pasca Reformasi, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2018.
https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Ansor#:~:text=Saat%20Muktamar%20NU%20ke%2D9,Nursam%2C%2026%2D27
https://nu.or.id/fragmen/sejarah-berdirinya-gerakan-pemuda-ansor-7M83e