Safari Budaya PCINU Mesir Batch III sukses dilaksanakan pada Minggu, 27 Oktober 2024. Kegiatan ini diinisiasi oleh Lesbumi PCINU Mesir, bekerja sama dengan Departemen Seni Budaya PC GP Ansor Mesir, Satkorcab Banser Mesir, dan LTN PCINU Mesir. Safari ini merupakan kali ketiga diselenggarakan oleh PCINU Mesir, bertujuan untuk mengajak para pecinta budaya mengeksplorasi berbagai situs bersejarah di Mesir. Sebagai pusat peradaban dunia di masa lalu, Mesir menyimpan berbagai peninggalan sejarah yang penting untuk dipelajari dalam rangka menghadapi perkembangan zaman.
Safari budaya kali ini bertajuk “Tapak Tilas Pulau al-Manial.” Pulau al-Manial, dahulu dikenal sebagai ar-Raudhah, merupakan salah satu dari tiga pulau di Sungai Nil yang berada di antara Kairo dan Giza. Setidaknya ada empat destinasi yang dikunjungi dalam safari kali ini: Istana al-Manial, Nilometer ar-Raudhah, Museum Umm Kultsum, dan aktivitas kayak di Sungai Nil.
Pada destinasi pertama, para peserta disuguhkan kemewahan Istana al-Manial. Istana ini merupakan peninggalan Pangeran Muhammad Ali Taufiq, cicit dari Muhammad Ali Pasha, seorang wali Mesir dari dinasti Turki Ottoman yang dikenal sebagai pendiri cikal bakal Kerajaan Mesir pada abad ke-19. Istana al-Manial sangat autentik dengan ornamen seni Islam yang memadukan gaya dari berbagai wilayah, seperti Andalusia, Persia, Damaskus, Maroko, Syam, dan Ottoman. Keindahan dekorasi ini tampak pada ruangan Saray Istiqbal, tempat penyambutan tamu resmi istana. Selain itu, terdapat Saray al-Iqamah, tempat kediaman pangeran yang menampilkan Mirror Hall. “Cermin-cermin besar di ruangan ini digunakan pangeran untuk melantunkan puisi. Selain mencintai seni Islam, Muhammad Ali Taufiq juga seorang pujangga sastra, karena ia pernah belajar di Swiss dan Austria untuk memahami budaya Barat,” jelas Kang Wilhan, tour guide dalam kegiatan ini. Selain itu, terdapat pula Saray al-‘Arsy (Aula Singgasana) sebagai tempat penyambutan tamu kenegaraan pada hari besar, masjid istana, dan hunting museum yang menyimpan hadiah Pangeran Muhammad Ali dari hasil buruan Raja Faruq dan Yusuf Kamal.
Setelah menikmati keindahan Istana Al-Manial, para peserta melanjutkan perjalanan ke Nilometer dan Museum Umm Kultsum yang berada dalam satu kompleks. Nilometer adalah bangunan yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya debit air Sungai Nil. Dengan bangunan ini, pemerintah dapat menentukan pajak tanaman dan mengelola pengairan sawah di sekitar Kairo. Bangunan yang dihiasi dengan ayat-ayat Al-Qur’an berkaligrafi khat Kufi ini didirikan pada tahun 861 M dan merupakan bangunan tertua di Mesir setelah Masjid ‘Amr bin Ash. Bangunan ini telah berusia lebih dari 1200 tahun dan masih kokoh berdiri hingga kini. Selanjutnya, para peserta mengunjungi Museum Umm Kultsum, seniman dan penyanyi terkemuka Mesir abad ke-20. Di dalam museum ini terdapat berbagai koleksi pakaian, alat musik, serta medali dan penghargaan yang diterima Umm Kultsum. Peserta juga berkesempatan menyaksikan film dokumenter perjalanan hidup Umm Kultsum dari seorang gadis desa penghafal Al-Qur’an hingga menjadi legenda dengan suara khasnya.
Setelah seharian mengunjungi berbagai destinasi, perjalanan ditutup dengan menikmati suasana senja di Sungai Nil sambil bermain kayak. Para peserta mengarungi derasnya aliran sungai dengan semangat yang membara, ditambah hembusan angin yang lembut, menambah kehangatan penutup Safari Budaya kali ini. Agus Zidan Hailala, Ketua Lesbumi PCINU Mesir, menyampaikan terima kasih kepada para peserta yang telah berpartisipasi. “Setidaknya ada dua puluh tiga peserta yang mengikuti safari kali ini. Kami memang mengutamakan eksklusivitas dan kenyamanan peserta,” ujarnya.