Pada hari Kamis, 21 November 2024, Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PCINU Mesir menggelar acara Bahtsul Masail Kubra (BMK) internasional yang ke-X di Markaz Syekh Zayed, Hay Sadis, Madinat al-Nasr, Kairo. Selama dasawarsa terakhir, LBM tetap konsisten merawat tradisi ilmiah yang mengakar di Pesantren NU Indonesia. Sekelumit perbedaan dengan sembilan BMK sebelumnya, BMK ke-X Mesir turut dihadiri oleh perwakilan Darul Ifta’ Mishriyyah sebagai bentuk dukungan dan simbol regenerasi dalam menelurkan ijtihad jama’i (ijtihad bersama).
Faiz Husaini, Lc. M.A. (Ketua Tanfidziah PCINU Mesir) dan Prof. Abdul Muta’ali, MA., M.I.P., Ph.D. (Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo) turut hadir dalam acara besar tersebut. Sesuai dengan tema BMK tahun ini, “Mengaktualisasikan Turats, Merespons Realitas”, Dr. Rabi’ Sa’ad Abdul Adzhim dalam sambutannya memberikan arahan kepada peserta akan pentingnya memahami cara menyikapi persoalan fikih dan realitas yang kian berubah.
Bagi seorang yang ingin menjadi fakih (orang yang paham fikih), sedikitnya terdapat dua langkah yang harus diperhatikan dan dijaga. Pertama, ia harus merujuk pada kitab muktamad dalam 4 mazhab dan belajar langsung kepada guru, tersebab seseorang yang hanya berguru kepada buku akan berpotensi sesat dan menyesatkan. Kedua, ia harus memahami realitas (waqi’) yang terjadi di masyarakat, terkhusus memahami mazhab yang dianut oleh masyarakat dimana mereka tinggal. Dua hal ini disampaikan oleh Dr. Rabi’ dalam sambutannya dengan menampilkan beberapa contoh konkret guna memudahkan pemahaman peserta.
Selanjutnya, bergeser pada sesi inti acara, yaitu bahtsul masail. Terdapat dua tema yang menjadi pembahasan: Resto All you can eat dan Salam Lintas Agama. Antusiasme peserta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam deskripsi masalah dan mengkritik jawaban yang ditawarkan tetap berjalan hangat hingga selesainya acara inti tersebut. Tidak hanya mengkritik sebuah jawaban, para peserta turut mendukung peserta lain yang dirasa sama dalam ijtihad jawabannya dengan dilandaskan kitab-kitab yang muktabar. Proses BMK yang demikian, dapat dikatakan sebagai representasi dari Ijtihad Jama’i dalam menjawab suatu persoalan.
BMK kali ini turut dihadiri oleh sekitar 150 peserta dari pelbagai almamater, forum kajian, kelompok belajar, dan juga dari negara tetangga serumpun Indonesia, yaitu Malaysia dan Singapura. Acara ini dimulai dari pukul 11.00 hingga pukul 19.00 WLK. Menurut Abul A’la Nawawi, “BMK tahun ini merupakan BMK yang sangat istimewa, sebab menjadi BMK perdana yang menjalin hubungan dengan Darul Ifta’ Mesir,” ungkapnya, selaku ketua panitia BMK 2024.
Acara BMK pun ditutup dengan memberikan hadiah kepada peserta teraktif dalam musyawarah dan paling tepat waktu dalam kehadiran. Kemudian dilanjut foto bersama, dan ramah tamah berupa makan berat yang telah disediakan oleh panitia. Rasa senang atas lancarnya acara besar kali ini hingga akhir turut disampaikan oleh Abul A’la Nawawi. “Alhamdulillah, acara yang telah disiapkan selama satu bulan terakhir berjalan dengan lancar,” ungkapnya saat diwawancarai. (Saiful Rizal)